Jakarta, CNBC Indonesia - Pekan ini, ramai kabar Singapura resmi jatuh ke dalam resesi. Kondisi resesi ini terkonfirmasi setelah Departemen Statistik Singapura merilis data Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal II-2020.
Namun resesi yang terjadi di Negeri Singa tersebut tidak membuat bursa saham dan nilai tukar mata uangnya anjlok dalam. Jika dibanding Indonesia, kinerja pasar keuangan Singapura masih lebih baik.
Secara year to date, kinerja bursa saham Singapura masih lebih baik dibanding Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), meski sama-sama terkoreksi.
Kinerja indeks Straits Times secara year to date terkoreksi 18,57% hingga perdagangan Kamis (16/7/2020). Sementara IHSG pada periode yang sama mengalami koreksi 19,07%.
Bagaimana dengan nilai tukar terhadap dolar Amerika Serikat?
Ternyata dolar Singapura juga lebih kuat, kinerja dolar Singapura terhadap dolar AS hanya terdepresiasi 3,55%. Sedangkan rupiah, pada periode yang sama melemah 4,9% terhadap dolar AS.
Lalu bagaimana dengan capital outflow atau aliran modal keluar?
Berdasarkan data tradingeconomic, dana asing paling banyak keluar dari Singapura mencapai SGD 5,14 miliar atau setara Rp 54,06 triliun.
Sementara di Indonesia, secara year to date, dana asing yang keluar sudah mencapai Rp 142 triliun, gabungan dari pasar obligasi dan saham.
Resesi
Berdasarkan rilis pemerintah Singapura, secara kuartal ke kuartal (QoQ), ekonomi Negeri Singa berkontraksi 41,2%. Sementara secara tahunan (YoY), ekonomi minus 12,6%. Ini menjadi rekor angka kuartalan terburuk untuk PDB Negara Singa, bahkan sejak negara itu merdeka sejak 1965.
Pada kuartal I-2020 ekonomi Singapura mengalami kontraksi 0,3% secara YoY, secara sah dan meyakinkan sudah memenuhi definisi resesi yakni kontraksi pertumbuhan ekonomi dalam dua kuartal beruntun pada tahun yang sama.
Hal ini membuat negara itu memasuki resesi untuk pertama kalinya sejak 2009. Resesi sendiri biasanya diartikan sebagai kontraksi berturut-turut dua kuartal atau lebih dalam satu tahun.
Angka-angka ini lebih buruk daripada yang diperkirakan para pengamat. Sebelumnya menurut konsensus Reuters kontraksi PDB Singapura hanya di angka 10,5% secara YoY.