Source: https://climateclock.world/climate-emergency-day
Sebagai Mahasiswa dan Mahasiswi ISTTS (Institut Sains dan Teknologi Terpadu Surabaya) yang aktif dan sadar akan sekitar tentu kita perlu up to date dengan berita dunia. Salah satu alat yang menarik perhatian banyak pihak dalam beberapa tahun terakhir adalah Climate Clock (Jam Iklim). Jam ini bukan hanya sekadar alat pengingat waktu, melainkan sebuah simbol visual yang mengingatkan kita akan urgensi dalam menangani perubahan iklim global. Dengan memahami apa itu Climate Clock, kita, sebagai mahasiswa dan mahasiswi ISTTS (Institut Sains dan Teknologi Terpadu Surabaya), dapat lebih memahami tantangan yang ada dan berperan aktif dalam memberi pengaruh yang signifikan terhadap perubahan positif.
Climate Clock adalah sebuah jam digital besar yang menampilkan hitung mundur waktu menuju titik kritis dalam upaya kita menghindari dampak perubahan iklim yang semakin buruk. Jam ini pertama kali dipasang di New York pada tahun 2020 oleh sekelompok seniman dan aktivis lingkungan, termasuk desainer Timur Karam, yang ingin menarik perhatian publik terhadap masalah global ini. Climate Clock menunjukkan seberapa banyak waktu yang tersisa bagi dunia untuk mengambil langkah-langkah signifikan guna membatasi pemanasan global di bawah 1,5°C, sesuai dengan target yang ditetapkan dalam Perjanjian Paris 2015.
Target 1,5°C ini adalah garis batas yang telah disepakati oleh negara-negara di dunia untuk membatasi kenaikan suhu rata-rata global agar dampak dari perubahan iklim dapat dikendalikan. Jika suhu global terus meningkat di atas angka tersebut, dampak negatifnya akan semakin parah, seperti cuaca ekstrem, bencana alam, peningkatan permukaan air laut, dan hilangnya keanekaragaman hayati. Oleh karena itu, Climate Clock berfungsi sebagai pengingat visual yang terus-menerus menekan pentingnya upaya global untuk menanggulangi krisis iklim.
Jam ini menggambarkan seberapa cepat waktu berjalan dan betapa mendesaknya tindakan yang harus diambil untuk mencegah kehancuran lebih lanjut akibat perubahan iklim. Waktu yang ditampilkan di Climate Clock semakin berkurang, karena kita semakin dekat dengan titik tak terelakkan, yaitu saat di mana dunia dapat mengalami pemanasan global lebih dari 1,5°C. Fakta ini menunjukkan bahwa kita tidak punya banyak waktu untuk bertindak. Selain itu, Climate Clock juga memiliki pesan bahwa peralihan menuju energi terbarukan, pengurangan emisi karbon, dan upaya lainnya harus dilakukan dengan cepat dan terkoordinasi. Jam ini mengingatkan bahwa setiap detik yang terlewat tanpa tindakan konkret mengarah pada konsekuensi yang lebih besar di masa depan.
Sebagai mahasiswa dan mahasiswi ISTTS, kita berada dalam posisi strategis untuk turut berkontribusi dalam mengatasi masalah perubahan iklim. ISTTS, sebagai lembaga pendidikan yang memiliki kekuatan dalam bidang sains dan teknologi, dapat memberikan dampak yang besar dalam menciptakan solusi-solusi berbasis teknologi yang ramah lingkungan. Berikut adalah beberapa langkah konkret yang dapat diambil oleh mahasiswa ISTTS dalam berperan aktif dalam mitigasi perubahan iklim.
1. Meningkatkan Kesadaran dan Edukasi tentang Perubahan Iklim
Langkah pertama yang perlu dilakukan oleh mahasiswa adalah meningkatkan kesadaran tentang perubahan iklim. Hal ini bisa dimulai dengan mengedukasi diri sendiri dan sesama teman kampus mengenai tantangan-tantangan lingkungan yang ada. Mengikuti seminar, diskusi, atau penelitian tentang perubahan iklim dapat memperluas wawasan kita. Mahasiswa ISTTS, dengan latar belakang pendidikan di bidang sains dan teknologi, memiliki pengetahuan yang dapat dimanfaatkan untuk memahami secara lebih mendalam tentang perubahan iklim dan teknologi yang bisa diimplementasikan untuk mengatasinya.
2. Menerapkan Prinsip Keberlanjutan dalam Kehidupan Sehari-hari
Sebagai individu, mahasiswa dapat mulai menerapkan prinsip keberlanjutan dalam kehidupan sehari-hari. Ini termasuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, menggunakan energi secara efisien, memilih transportasi ramah lingkungan, serta mendukung produk-produk yang ramah lingkungan. Dengan mengurangi jejak karbon pribadi, mahasiswa dapat memberikan kontribusi positif yang lebih besar dari yang kita bayangkan. Di kampus, mahasiswa bisa berkolaborasi dengan organisasi kemahasiswaan atau pihak kampus untuk membuat program atau kampanye yang mendukung keberlanjutan, seperti mengurangi penggunaan energi listrik berlebihan, menggunakan air dengan bijak, atau mengedukasi masyarakat sekitar mengenai pengelolaan sampah yang lebih baik.
3. Mengembangkan Teknologi yang Ramah Lingkungan
Sebagai mahasiswa yang mempelajari teknologi, kita memiliki kesempatan besar untuk terlibat dalam pengembangan teknologi ramah lingkungan. Melalui riset dan pengembangan, mahasiswa ISTTS bisa berperan dalam menciptakan solusi inovatif, seperti alat yang dapat mengurangi polusi udara, teknologi untuk energi terbarukan, atau aplikasi yang mendukung pelestarian alam.
Sebagai contoh, mahasiswa di bidang teknik elektro dapat berkontribusi dalam pengembangan panel surya yang lebih efisien, sementara mahasiswa di bidang teknologi informasi dapat merancang aplikasi yang membantu masyarakat mengurangi limbah atau memonitor penggunaan energi rumah tangga.
4. Berpartisipasi dalam Gerakan Lingkungan
Selain upaya di tingkat individu dan akademis, mahasiswa juga bisa aktif dalam gerakan-gerakan lingkungan. Bergabung dalam komunitas atau organisasi yang peduli terhadap isu-isu lingkungan dapat memperkuat jaringan solidaritas dan memperluas jangkauan pengaruh kita. Banyak kampus, termasuk ISTTS, yang memiliki organisasi atau klub mahasiswa yang berfokus pada kegiatan lingkungan. Melalui gerakan ini, mahasiswa bisa terlibat dalam aksi nyata seperti penanaman pohon, pembersihan sampah, atau kampanye pengurangan emisi karbon.