Ujian Tengah Semester (UTS) telah selesai, meninggalkan berbagai cerita di kalangan mahasiswa. Bagi sebagian, ini adalah momen lega setelah berminggu-minggu bergelut dengan materi dan soal-soal, sementara bagi yang lain, perjuangan masih terasa dengan sisa tugas dan evaluasi. Dari pengalaman mereka, muncul beragam kisah tentang kesulitan yang dihadapi selama UTS, serta bagaimana mereka berhasil melewati semuanya dengan strategi unik dan semangat pantang menyerah.
Menurut Ophelia Calysta F., mahasiswa Informatika, hasil UTS kali ini sedikit mengecewakan karena persiapan yang kurang matang dan sering dilakukan mendekati waktu ujian. Namun, ia mengapresiasi sistem open book yang diterapkan dalam beberapa mata kuliah. “Sistem open book sebenarnya sangat membantu, bukan untuk membuat mahasiswa malas belajar, tetapi justru mendorong kami untuk mempersiapkan materi penting yang relevan dengan ujian. Dosen juga menekankan pentingnya pemahaman, bukan sekadar hafalan. Jika tidak memahami materi, kami tetap tidak akan bisa menjawab soal dengan baik,” jelas Ophelia.
Ophelia juga membagikan beberapa kendala yang ia hadapi selama ujian. Salah satunya adalah masalah teknis pada lembar soal, di mana beberapa halaman penting tidak tercetak atau ada kertas yang terselip. “Pernah ada satu halaman yang kosong, padahal isinya sangat penting,” tambahnya. Selain itu, ia juga sempat lupa membawa kalkulator saat ujian, meskipun dosen sudah mengingatkan sebelumnya. “Hal-hal seperti ini mengajarkan kami untuk lebih teliti dan mempersiapkan semuanya dengan lebih baik ke depannya,” tutup Ophelia.
lalu menurut Alberto Ataupah, mahasiswa Desain Komunikasi Visual (DKV) kelas malam, mengungkapkan perasaan lega setelah melewati UTS. “Beban dan tekanan sedikit berkurang, meskipun saya tidak terlalu yakin dengan hasil yang akan didapatkan. Namun, secara keseluruhan, saya merasa lebih tenang,” ujarnya.
Menurut Alberto, kesulitan utama bukan pada soal-soal UTS itu sendiri, melainkan pada banyaknya tugas dari setiap mata kuliah yang memiliki tenggat waktu berdekatan dengan hari ujian. “Hal ini sering membuat saya gagal fokus karena tekanan dari deadline yang menumpuk,” tambahnya. Meskipun demikian, ia merasa bersyukur karena kini semua tugas dan ujian telah selesai. “Ada rasa lega karena bisa melewati semua ini, dan sekarang saya bisa sedikit bernapas lega,” tutup Alberto.
Ada jawaban lain dari Eric Jonathan Leman, mahasiswa Sistem Informasi Bisnis (SIB), merasa bersyukur karena berhasil melewati satu tahap penting di semester ini, yaitu UTS. “Saya bersyukur bisa menyelesaikan UTS dengan baik. Apapun yang saya hadapi, termasuk kendala yang muncul, itu semua bagian dari proses belajar. Saya mencoba menghadapi semuanya dengan tenang, langkah demi langkah. Jadi, apapun hasilnya nanti, saya percaya itu adalah yang terbaik dari usaha yang sudah saya lakukan,” ungkap Eric.
Salah satu tantangan terbesar bagi Eric adalah manajemen waktu. “Di awal semester, saya cukup kesulitan mengatur jadwal kuliah, tugas, dan persiapan UTS. Kadang belajar dilakukan last minute, sehingga kurang tidur,” jelasnya. Ia juga mengaku masih beradaptasi dengan tipe soal yang berbeda dari masa SMA. “Ujiannya lebih menekankan pada pemahaman konsep, bukan sekadar hafalan. Ini membuat saya merasa kurang siap di beberapa momen. Tapi saya berharap pengalaman UTS pertama ini bisa menjadi pelajaran untuk lebih baik lagi ke depannya,” tutup Eric.
Natalia Agustin Putri, mahasiswa baru angkatan 2024 dari jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV), merasa lega akhirnya berhasil menyelesaikan UTS pertamanya. “Rasanya seperti beban berkurang, tapi jujur capeknya masih terasa. Sebagai mahasiswa baru, adaptasinya cukup berat karena materi kuliah ternyata jauh lebih intens daripada yang saya bayangkan,” ungkap Natalia.
Menurutnya, jadwal yang padat selama UTS menjadi salah satu tantangan terbesar. “Sering merasa waktu belajar nggak pernah cukup. Jadwalnya benar-benar penuh sampai-sampai kadang nggak ada waktu buat istirahat,” tambahnya.
Selain itu, Natalia juga mengakui kesulitan dalam manajemen waktu di awal semester. “Saya masih berjuang mengatur jadwal kuliah, tugas, dan belajar untuk UTS. Kadang terpaksa belajar mendekati hari ujian, sehingga kurang tidur. Ditambah lagi, tipe soal UTS sangat berbeda dengan ujian waktu SMA. Banyak soal yang menuntut pemahaman konsep daripada hafalan, dan ini bikin saya merasa kurang siap,” jelasnya. Namun, Natalia optimis pengalaman ini akan menjadi pelajaran berharga. “Semoga UTS pertama ini bisa jadi langkah awal untuk saya belajar mengelola waktu dan mempersiapkan diri lebih baik di masa mendatang,” tutupnya.